Oleh: Callysta Azra Nararya – Kelas 94
Di hari yang sibuk, hujan turun dengan sangat deras. Seorang pria tinggi, berkacamata, sedang menunggu hujan mereda di sebuah halte bus. Ponsel yang sedang dipegangnya bergetar, memunculkan sebuah notifikasi. Ia tak membukanya, mengabaikannya seolah itu bukan hal yang penting.
Tiba-tiba, seorang gadis datang dan duduk di sebelahnya. Sepertinya ia juga menunggu hujan mereda, pikir pria tersebut.
“Halo? Kamu Wisnu kan?” tanya gadis tersebut tiba-tiba.
“Ya? B-betul” jawabnya.
“Oh iya, namaku Thia. Lagi nunggu hujan ya?”
“Iya”
“Gimana harimu?”
Gadis tersebut terus mencoba mencari topik.
“Biasa saja.” jawab pria tersebut seadanya.
“Oh ya? Hari ini aku memiliki hari yang kurang bagus. Aku hampir dikeluarkan dari pekerjaan, ponselku tertinggal, dan terlebih lagi, ibuku meninggal beberapa hari lalu dan aku masih sedikit sedih tentang itu.”
“… Aku turut berduka atas kepergian ibumu”
“Tidak apa-apa. Kau benar-benar tidak ada hal yang ingin kau ceritakan?”
“Tidak ada.”
“Kau tahu, Wisnu? Setiap manusia pasti memiliki suatu batas. Mereka pasti mempunyai batas kekuatan mereka sendiri. Dan kamu, kamu terlalu kuat. Kamu benar-benar kuat. Aku selalu memperhatikanmu. Kadang aku ingin tahu hal apa yang bisa kamu tutupi sampaisampai orang-orang sampai ngga tahu apa yang kamu sembunyikan.”
Air mata pria itu tidak sengaja jatuh. Benar kata gadis tersebut, pria tersebut telah melampaui batas kekuatan nya.
“Tidak apa-apa, semua orang berhak menangis. Menangis itu ngga memiliki batas. Siapapun bisa. Jadi, kamu boleh saja menangis, ingin menangis seperti anak kecil pun boleh, dan setelahnya kamu bangkit lagi. Oh iya, satu lagi, kamu itu berharga, aku harap kamu selalu peduli sama diri kamu sendiri.”
“Terima kasih.” Jawab pria tersebut.
Hujan sudah mulai mereda, perlahan langit mulai cerah.
“Berhubung langit sudah mulai cerah, aku duluan, ya!” Kata gadis tersebut.
Pria tersebut hanya membalas dengan senyuman manisnya.
“Selalu bahagia, ya, Wisnu!”
Begitu gadis itu berbalik, pria tersebut memanggilnya.
“Thia. Terima kasih, ya. Aku harap besok kita bisa makan siang bersama kalau kamu ada
waktu.”
“Tenang saja, aku punya waktu yang banyak.” Jawab gadis tersebut sambil tersenyum.